Laman

Kamis, 27 Oktober 2011

TENAGA BIMBINGAN SEKOLAH



TENAGA BIMBINGAN DI SEKOLAH
Tenaga bimbingan sekolah adalah orang-orang yang  yang terlibat dalam pelayanan bimbingan di sekolah yang meliputi konselor sekolah, guru-konselor, guru wali kelas,dosen-wali, kepala sekolah, psikolog sekolah, psikolog, dan psikiater. Pedoman-pedoman resmi terhadap tugas dan tanggung jawab dari tenaga bimbingan sekolah telah dimasukkan dalam kurikulum sekolah baik Sekolah Dasar 1975, Sekolah Menengah Pertama 1976 dan Sekolah Menengah Atas 1984 serta dalam kurikulum pendidikan sekolah 1976. Namun belum dibahas secara khusus kedudukan atau posisi aneka personil bimbingan dan tugas mereka dalam rangka pelayanan bimbingan di institusi pendidikan.  Dalam UU No 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan dalam Peraturan Pemerintah tahun 1990, tidak ditemukan ulasan khusus tentang kedudukan, tugas dan wewenang seorang konselor di perguruan tinggi.
Sedangkan menurut literatur asing buku karangan Bruce Shertzer dan Shelly C. Stone yang berjudul Fundamental of Guidance , 1976, 1981 tanggung jawab jajaran tenaga bimbingan sangat bergantung pada taraf keterlibatan dan sifat tugas mereka dalam rangka pelayanan bimbingan. Dalam hal ini maka dibedakan antara tiga kelompomk personil bimbingan yaitu:
1.      Tenaga bimbingan utama yaitu konselor sekolah, tenaga para professional atau tenal dan guru.
2.      Tenaga administrasi bimbingan aatau tenaga yang memegang suatu pimpinan.
3.      Tenaga yang menunjang

Deskripsi dan kedudukan dan tugas-tugas  itu tidak selalu sesuai dengan yang ditemukan di lapangan khususnya pada konselor sekolah dan guru. Pelayanan bimbingan memang tanggung jawab banyak personil sehingga dituntut adanya kerja sama yang baik dari setiap tenaga bimbingan. Bimbingan dan konseling, memahami batas-batas wewenang dan keahlian dalam memberikan bimbingan, serta berkomunikasi satu sama lain mengenai kebutuhan siswa dan program kian tegiatan bimbingan yang dapat memenuhi kebutuhan itu, dengan demikian kedudukan dan pembagian tugas secara realistik tidak akan menjadi persolan yang rumit. Oleh karena itu pembagian tugas di antara personil bimbingan di sekolah yang satu yang lain dan di antara jenjang pendidikan yang satu dengan yang lain akan menunjukkan perbedaan, meskipun deretan prinsip dasar tentang kedudukan dan wewenang tidak dilanggar.

Klasifikasi Personil Bimbingan
a.       Konselor sekolah, yaitu tenaga professional yang mencurahkan seluruh waktunya pada pelayanan bimbingan (full-time guidance counselor).
b.      Guru pembimbing atau guru konselor, yaitu seorang guru yang di samping mengajar di salah satu bidang studi, terlibat juga dalam rangkaian pelayanan bimbingan, termasuk layanan konseling
c.       Guru, yaitu tenaga pengajar yang melibatkan diri dalam pelayanan bimbingan

Pendidikan konselor sekolah
A.    Pendidikan akademik
Dalam buku kecil unjuk kerja lulusan program studi bimbingan dan konseling yang dikembangkan oleh staf dosen jurusan psikologi pendidikan dan bimbingan, Padang tahun 1991 dimuat 28 gugus yang masing-masing terdiri atas sejumlah butir unjuk kerja sehingga masing-masing berjumlah 225 butir yaitu:
1.      Mengajar dalam bidang psikologi dan bimbingan
2.      Mengajar program kerja Bimbingan-Konseling
3.      Mengorganisasikan program Bimbingan-Konseling
4.      Memasyarakatkan pelayanan Bimbingan-Konseling
5.      Mengungkapkan kebutuhan siswa
6.      Menghimpun data tentang siswa
7.      Menyusun system penyimpanan data
8.      Melaksanakan konseling perorangan
9.      Memberikan Bimbingan-Konseling kelompok
10.  Melaksanakan orientasi studi siswa
11.  Melibatkan diri dalam kegiatan dan co-ekstrakurikuler
12.  Membantu guru bidang studi dalam mendiagnosis kesulitan belajar siswa
13.  Dalam penyelenggaraan pengajaran perbaikan serta pengayaan
14.  Menyelenggarakan bimbingan kelompok belajar
15.  Penempatan siswa
16.  Bimbingan karier
17.  Konferensi kasus
18.  Terapi kepustakaan
19.  Konseling keluarga
20.  Perubahan lingkungan hidup siswa
21.  Melakukan kunjungan rumah, dan
22.  Rangsangan akan perubahan lingkungan siswa
23.  Mengatur dan menerima alih tangan
24.  Menyelenggarakan diskusi professional
25.  Melakukan aktivitas membimbing pada lembaga/lingkungan kerja yang lain
26.  Memahami dan menulis karya ilmiah
27.  Memahami laporan hasil penelitian dan mengadakan penelitian sendiri
28.  Berpartisipasi aktif dalam pengembangan profesi tenaga bimbingan

B.     Perkembangan kepribadian
Menurut pandangan Belkin ada tiga kualitas kepribadian konselor yakni: mengenal diri sendiri (knowing oneself), memahami orang lain (understanding others), dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain (relating to others)
Tantangan-tantangan yang dihadapi konselor sekolah
Dalam hal ini akan dibandingkan keadaan di Amerika dan di Indonesia.

Keadaan Amerika:
Tantangan yang paling besar dihadapi oleh konselor sekolah aialah mengembangkan suatu perangkat pandangan dan keyakinan tentang peranannya sebagai tenaga bimbingan professional, dengan mengintregasikan bekal pendidikan prajabatan, pengalaman pribadi, pandangan rekan-rekan seprofesi, dan perkembangan baru yang lahir dalam kalangan professional.
Selain tantangan dasar tersebut, konselor sekolah masih ahrus menghadapi tantangan lain berkaitan dengan penghayatan peranannya serta pelaksanaan tugasnya, yakni:
a.       Memberikan pelayanan kepada semua siswa secara merata, dan tidak hanya memberikan perhatian kepada siswa yang merupakan suatu kasus atau kepada siswa yang memberikan tanggapan positif kepadanya.
b.      Mengalokasikan waktu secara seimbang untuk beraneka kegiatan yang dilakukan: antara pekerjaan administrative, bimbingan kelompok, bimbingan individual, pertemuan antara anggota staf bimbingan serta peningkatan kompetensi sosial.
c.       Menjaga keseimbangan antara berada di kantornya sendiri untuk mengerjakan hal-hal administrative serta berwawancara dengan siswa, dan berada di luar ruang kerja juntuk bertemu muka dengan staf pengajar dan para siswa.
d.      Menjaga diri terhadap prasangka yang kerap dipegang oleh masyarakat umum, misalnya prasangka terhadap suku-suku tertentu, terhadapa pekerjaan tertentu, terhadap orang beragam lain, dan jenis anggota lain.
e.       Menciptakan variasi saluran untuk bekerja sama dengan staf pengajar
f.       Mengembangkan dedikasi aktif terhadap profesinya sendiri (professional commitment).
g.      Menjaga diri terhadap kecenderungan untuk menolak perubahan  dalam cara berpikir dan bekerja, hanya karena introduksi perubahan menyusahkan baginya dan menggoncangkan pola pemikirannya sekarang.
h.      Memahami keseluruhan hak dan kewajibannya.

Keadaan di Indonesia
Tantangan dan kesulitan itu akan dikelompokkan dalam beberapa kategori sebagai berikut:
a.       Diri konselor sendiri.
Hal ini bisa bersumber dari usia yang muda dianggap belum berpengalaman serta kepribadian yang belum terbentuk sepenuhnya. Karena itu, bagi konselor muda yang tidak didampingi oleh konselor lain yang sudah berpengalaman dituntut sikap tabah dan berhati-hati.
b.      Pimpinan sekolah
Pada umumnya jajaran kepala sekolah menunjukkan sikap positif terhadap bimbingan dan konseling, tetapi belum tentu mereka sungguh-sungguh mengerti hakikatnya dari pelayanan bimbingan. Tantangan yang dihadapi konselor adalah mengkomunikasikan kepada pimpinan sekolah landasan keyakinan dasar itu, bukan pertama-tama melalui uraian teoritis, melainkan melalui pelayanan yang memuaskan kepada siswa
c.       Orangtua
Banyak orang tua merasa senang dengan hadirnya seorang konselor di sekolah, yang dapat membantu anaknya menjadi lebih dewasa dan menjadi seorang mediator antara harapan orangtua dengan harapan anaknya. Tapi kadang menjadi tantangan bagi konselor jika orang tua yang bertaraf pendidikan cukup tinggi berkonsultasi sendiri tentang keadaan anaknya dan keadaan keluarga tidak dianggap sebagai hal yang memalukan. Ada juga orang tua yang mempunyai harapan-harapan yang tidak realistis atau sikap negative dari pihak orang tua sehingga dituntut pemikiran kreatif dan kebijaksanaan dari konselor sekolah, bagaimana sikap dan tindakannya terhadap mereka.
d.      Suasana di sekolah dan keadaan dunia pendidikan
Suasana di sekolah yang kurang berdisiplin, pengaturan nilai menurut situasi dan kondisi, kebiasaan siswa untuk menyontek dan mencari aneka lubang untuk menutupi kesalahannya, pasti akan mempersulit pekerjaan konselor sekolah. Problematik yang sering melanda dunia pendidikan seperti perubahan kurikulum yang terlalu sering. Hal ini mengakibatkan konselor sering terpaksa memberikan jawaban yang kurang pasti ketika siswa bertanya tentang hal-hal baru.
e.       Berwawasan luas, berpikir kreatif dan bertindak tepat.
Pertemuan secara tidak langsung juga dpat dimanfaatkan oleh konselor dengan mengadakan kegiatan-kegiatan kreatif seperti mengelolah majalah dinding sekolah dan menyediakan sumber literature yang relevan dalam rangka terapi kepustakaan sudah dapat disebarkan banyak ide yang dpat menjadi bahan refleksi bagi siswa sekolah.  Selain itu bisa dengan terjun langsung ke dalam organisasi kesiswaan yang dapat menjadi peluang bagi konselor untuk bertemu dengan siswa
f.       Berpendirian teguh tentang jabatannya sebagai profesi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar