TENAGA
BIMBINGAN DI SEKOLAH
Tenaga
bimbingan sekolah adalah orang-orang yang
yang terlibat dalam pelayanan bimbingan di sekolah yang meliputi
konselor sekolah, guru-konselor, guru wali kelas,dosen-wali, kepala sekolah,
psikolog sekolah, psikolog, dan psikiater. Pedoman-pedoman resmi terhadap tugas
dan tanggung jawab dari tenaga bimbingan sekolah telah dimasukkan dalam kurikulum
sekolah baik Sekolah Dasar 1975, Sekolah Menengah Pertama 1976 dan Sekolah
Menengah Atas 1984 serta dalam kurikulum pendidikan sekolah 1976. Namun belum
dibahas secara khusus kedudukan atau posisi aneka personil bimbingan dan tugas
mereka dalam rangka pelayanan bimbingan di institusi pendidikan. Dalam UU No 2 tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan dalam Peraturan Pemerintah tahun 1990, tidak ditemukan
ulasan khusus tentang kedudukan, tugas dan wewenang seorang konselor di
perguruan tinggi.
Sedangkan
menurut literatur asing buku karangan Bruce Shertzer dan Shelly C. Stone yang
berjudul Fundamental of Guidance ,
1976, 1981 tanggung jawab jajaran tenaga bimbingan sangat bergantung pada taraf
keterlibatan dan sifat tugas mereka dalam rangka pelayanan bimbingan. Dalam hal
ini maka dibedakan antara tiga kelompomk personil bimbingan yaitu:
1.
Tenaga bimbingan utama yaitu konselor
sekolah, tenaga para professional atau tenal dan guru.
2.
Tenaga administrasi bimbingan aatau
tenaga yang memegang suatu pimpinan.
3.
Tenaga yang menunjang
Deskripsi dan kedudukan dan tugas-tugas itu tidak selalu sesuai dengan yang ditemukan
di lapangan khususnya pada konselor sekolah dan guru. Pelayanan bimbingan
memang tanggung jawab banyak personil sehingga dituntut adanya kerja sama yang
baik dari setiap tenaga bimbingan. Bimbingan dan konseling, memahami
batas-batas wewenang dan keahlian dalam memberikan bimbingan, serta
berkomunikasi satu sama lain mengenai kebutuhan siswa dan program kian tegiatan
bimbingan yang dapat memenuhi kebutuhan itu, dengan demikian kedudukan dan pembagian
tugas secara realistik tidak akan menjadi persolan yang rumit. Oleh karena itu pembagian
tugas di antara personil bimbingan di sekolah yang satu yang lain dan di antara
jenjang pendidikan yang satu dengan yang lain akan menunjukkan perbedaan,
meskipun deretan prinsip dasar tentang kedudukan dan wewenang tidak dilanggar.
Klasifikasi
Personil Bimbingan
a. Konselor
sekolah, yaitu tenaga professional yang mencurahkan seluruh waktunya pada
pelayanan bimbingan (full-time guidance counselor).
b. Guru
pembimbing atau guru konselor, yaitu seorang guru yang di samping mengajar di
salah satu bidang studi, terlibat juga dalam rangkaian pelayanan bimbingan,
termasuk layanan konseling
c. Guru,
yaitu tenaga pengajar yang melibatkan diri dalam pelayanan bimbingan
Pendidikan
konselor sekolah
A.
Pendidikan akademik
Dalam buku kecil unjuk kerja lulusan program studi
bimbingan dan konseling yang dikembangkan oleh staf dosen jurusan psikologi
pendidikan dan bimbingan, Padang tahun 1991 dimuat 28 gugus yang masing-masing
terdiri atas sejumlah butir unjuk kerja sehingga masing-masing berjumlah 225
butir yaitu:
1.
Mengajar dalam bidang psikologi dan
bimbingan
2.
Mengajar program kerja
Bimbingan-Konseling
3.
Mengorganisasikan program
Bimbingan-Konseling
4.
Memasyarakatkan pelayanan
Bimbingan-Konseling
5.
Mengungkapkan kebutuhan siswa
6.
Menghimpun data tentang siswa
7.
Menyusun system penyimpanan data
8.
Melaksanakan konseling perorangan
9.
Memberikan Bimbingan-Konseling kelompok
10.
Melaksanakan orientasi studi siswa
11.
Melibatkan diri dalam kegiatan dan
co-ekstrakurikuler
12.
Membantu guru bidang studi dalam mendiagnosis
kesulitan belajar siswa
13.
Dalam penyelenggaraan pengajaran
perbaikan serta pengayaan
14.
Menyelenggarakan bimbingan kelompok
belajar
15.
Penempatan siswa
16.
Bimbingan karier
17.
Konferensi kasus
18.
Terapi kepustakaan
19.
Konseling keluarga
20.
Perubahan lingkungan hidup siswa
21.
Melakukan kunjungan rumah, dan
22.
Rangsangan akan perubahan lingkungan
siswa
23.
Mengatur dan menerima alih tangan
24.
Menyelenggarakan diskusi professional
25.
Melakukan aktivitas membimbing pada
lembaga/lingkungan kerja yang lain
26.
Memahami dan menulis karya ilmiah
27.
Memahami laporan hasil penelitian dan
mengadakan penelitian sendiri
28.
Berpartisipasi aktif dalam pengembangan
profesi tenaga bimbingan
B.
Perkembangan kepribadian
Menurut pandangan Belkin ada tiga kualitas
kepribadian konselor yakni: mengenal diri sendiri (knowing oneself), memahami orang lain (understanding others), dan kemampuan berkomunikasi dengan orang
lain (relating to others)
Tantangan-tantangan yang dihadapi konselor sekolah
Dalam hal ini akan dibandingkan keadaan di Amerika
dan di Indonesia.
Keadaan
Amerika:
Tantangan yang paling besar dihadapi oleh konselor
sekolah aialah mengembangkan suatu perangkat pandangan dan keyakinan tentang
peranannya sebagai tenaga bimbingan professional, dengan mengintregasikan bekal
pendidikan prajabatan, pengalaman pribadi, pandangan rekan-rekan seprofesi, dan
perkembangan baru yang lahir dalam kalangan professional.
Selain tantangan dasar tersebut, konselor sekolah
masih ahrus menghadapi tantangan lain berkaitan dengan penghayatan peranannya
serta pelaksanaan tugasnya, yakni:
a. Memberikan
pelayanan kepada semua siswa secara merata, dan tidak hanya memberikan
perhatian kepada siswa yang merupakan suatu kasus atau kepada siswa yang
memberikan tanggapan positif kepadanya.
b. Mengalokasikan
waktu secara seimbang untuk beraneka kegiatan yang dilakukan: antara pekerjaan
administrative, bimbingan kelompok, bimbingan individual, pertemuan antara
anggota staf bimbingan serta peningkatan kompetensi sosial.
c. Menjaga
keseimbangan antara berada di kantornya sendiri untuk mengerjakan hal-hal
administrative serta berwawancara dengan siswa, dan berada di luar ruang kerja
juntuk bertemu muka dengan staf pengajar dan para siswa.
d. Menjaga
diri terhadap prasangka yang kerap dipegang oleh masyarakat umum, misalnya
prasangka terhadap suku-suku tertentu, terhadapa pekerjaan tertentu, terhadap
orang beragam lain, dan jenis anggota lain.
e. Menciptakan
variasi saluran untuk bekerja sama dengan staf pengajar
f. Mengembangkan
dedikasi aktif terhadap profesinya sendiri (professional
commitment).
g. Menjaga
diri terhadap kecenderungan untuk menolak perubahan dalam cara berpikir dan bekerja, hanya karena
introduksi perubahan menyusahkan baginya dan menggoncangkan pola pemikirannya
sekarang.
h. Memahami
keseluruhan hak dan kewajibannya.
Keadaan di Indonesia
Tantangan
dan kesulitan itu akan dikelompokkan dalam beberapa kategori sebagai berikut:
a.
Diri konselor sendiri.
Hal ini bisa bersumber dari usia yang muda dianggap
belum berpengalaman serta kepribadian yang belum terbentuk sepenuhnya. Karena
itu, bagi konselor muda yang tidak didampingi oleh konselor lain yang sudah
berpengalaman dituntut sikap tabah dan berhati-hati.
b.
Pimpinan sekolah
Pada umumnya jajaran kepala sekolah menunjukkan
sikap positif terhadap bimbingan dan konseling, tetapi belum tentu mereka sungguh-sungguh
mengerti hakikatnya dari pelayanan bimbingan. Tantangan yang dihadapi konselor
adalah mengkomunikasikan kepada pimpinan sekolah landasan keyakinan dasar itu,
bukan pertama-tama melalui uraian teoritis, melainkan melalui pelayanan yang
memuaskan kepada siswa
c.
Orangtua
Banyak orang tua merasa senang dengan hadirnya
seorang konselor di sekolah, yang dapat membantu anaknya menjadi lebih dewasa
dan menjadi seorang mediator antara harapan orangtua dengan harapan anaknya.
Tapi kadang menjadi tantangan bagi konselor jika orang tua yang bertaraf
pendidikan cukup tinggi berkonsultasi sendiri tentang keadaan anaknya dan
keadaan keluarga tidak dianggap sebagai hal yang memalukan. Ada juga orang tua
yang mempunyai harapan-harapan yang tidak realistis atau sikap negative dari
pihak orang tua sehingga dituntut pemikiran kreatif dan kebijaksanaan dari
konselor sekolah, bagaimana sikap dan tindakannya terhadap mereka.
d.
Suasana di sekolah dan keadaan dunia
pendidikan
Suasana di sekolah yang kurang berdisiplin, pengaturan
nilai menurut situasi dan kondisi, kebiasaan siswa untuk menyontek dan mencari
aneka lubang untuk menutupi kesalahannya, pasti akan mempersulit pekerjaan
konselor sekolah. Problematik yang sering melanda dunia pendidikan seperti
perubahan kurikulum yang terlalu sering. Hal ini mengakibatkan konselor sering
terpaksa memberikan jawaban yang kurang pasti ketika siswa bertanya tentang
hal-hal baru.
e.
Berwawasan luas, berpikir kreatif dan
bertindak tepat.
Pertemuan secara tidak langsung juga dpat dimanfaatkan
oleh konselor dengan mengadakan kegiatan-kegiatan kreatif seperti mengelolah
majalah dinding sekolah dan menyediakan sumber literature yang relevan dalam
rangka terapi kepustakaan sudah dapat disebarkan banyak ide yang dpat menjadi
bahan refleksi bagi siswa sekolah.
Selain itu bisa dengan terjun langsung ke dalam organisasi kesiswaan yang
dapat menjadi peluang bagi konselor untuk bertemu dengan siswa
f.
Berpendirian teguh tentang jabatannya
sebagai profesi.